MAKALAH
ISLAM, SAINS, DAN PERADABAN
Oleh
kelompok 4
1.
Ni’matul
Maola (170202005)
2.
Ulvi
Humaiyya (170202016)
3.
Hubbullah
abduh (170202013)
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Ahwal Syakhsiyyah (A)
Fakultas Syari’ah
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta
keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dosen kami Tuti Harwati M.Ag .yang
telah memberikan pengetahuan, arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul
“Perbandingan Sumber Ilmu Pengetahuan Islam Dan Barat ”.
Serta dalam penyempurnaan makalah ini, penulis
menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
segi penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
DAFTAR ISI
KESIMPULAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sumber Ilmu Pengetahuan
B.
Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
C.
Sumber ilmu pengetahuan menurut islam
D. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Barat
BAB III : PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kata ilmu berasal dari kata ‘ilm, yang berarti pengetahuan, lawan
dari kata al-jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Kata
ilmu juga disepadankan dengan kata arab lainnya yaitu ma’rifah
(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur
(perasaan). Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa sumber atau mashdar
adalah suatu tempat yang dari segala sesuatu digali atau diambil. Berdasarkan
hal tersebut, sumber ilmu adalah segala sesuatu yang menjadi tempat digali dan
diambilnya.
definisi ilmu pengetahuan
Kata pengetahuan diambil dari bahasa inggris “Knowledge” yang
berarti pengetahuan, sedangkan pengetahuan manusia yang begitu maju mengenai
hal-hal yang nyata (empirik) disebut ilmu, sehingga ilmu pengetahuan dapat
didefinisikan dengan pengetahuan-pengetahuan tentang hal-hal yang nyata.
Islam
mewajibkan pencarian ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad saw menegaskan dalam
sebuah hadis yang terkenal, “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. Ilmu
menempati posisi yang sangat penting dalam islam. Penekanan kepada ilmu dalam
ajaran islam sangat jelas terlihat dalam Al-qur’an, sunnah rasul, dan ajaran
semua tokoh islam dari dulu sampai sekarang. Diantara yang paling utama adalah
Al-qur’an surah Al-alaq ayat 1-5 yang memberikan tekanan pada pembacaan sebagai wahana penting dalam usaha
keilmuan, dan pengukuhan kedudukan Allah SWT. Sebagai sumber tertinggi ilmu
pengetahuan manusia.
Sumber-sumber
memperoleh ilmu pengetahuan menurut versi islam dan barat memiliki banyak
perbedaan yang mencolok. Oleh karena itu pada bab selanjutnya kita akan
membahas sumber-sumber ilmu pengetahuan menurut islam dan barat secara jelas
dan terperinci.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumber Ilmu Pengetahuan
Definisi Sumber Ilmu
Kata sumber dalam bahasa arabnya adalah (مصدر),
dengan jamaknya: (مصادر). Kata sumber atau “mashdar” dapat diartikan sebagai
suatu wadah yang dari wadah itu dapat ditemukan atau ditimba norma hukum.
Menurut Kamus Bahasa Arab, مصدر diartikan sumber, asal, referensi, atau sumber
pengambilan
Kata ilmu berasal dari kata ‘ilm, yang berarti pengetahuan, lawan
dari kata al-jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Kata
ilmu juga disepadankan dengan kata arab lainnya yaitu ma’rifah
(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur
(perasaan). Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa sumber atau mashdar
adalah suatu tempat yang dari segala sesuatu digali atau diambil. Berdasarkan
hal tersebut, sumber ilmu adalah segala sesuatu yang menjadi tempat digali dan
diambilnya.
definisi ilmu pengetahuan
Kata pengetahuan diambil dari bahasa inggris “Knowledge” yang
berarti pengetahuan, sedangkan pengetahuan manusia yang begitu maju mengenai
hal-hal yang nyata (empirik) disebut ilmu, sehingga ilmu pengetahuan dapat
didefinisikan dengan pengetahuan-pengetahuan tentang hal-hal yang nyata.
B. Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
Islam mewajibkan pencarian ilmu pengetahuan.
Nabi Muhammad saw menegaskan dalam sebuah hadis yang terkenal, “menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim”. Ilmu menempati posisi yang sangat penting dalam
islam. Penekanan kepada ilmu dalam ajaran islam sangat jelas terlihat dalam
Al-qur’an, sunnah rasul, dan ajaran semua tokoh islam dari dulu sampai
sekarang. Diantara yang paling utama adalah Al-qur’an surah Al-alaq ayat 1-5
yang memberikan tekanan pada pembacaan
sebagaii wahana penting dalam usaha keilmuan, dan pengukuhan kedudukan Allah SWT.
Sebagai sumber tertinggi ilmu pengetahuan manusia,
1. bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
2. dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah
3. bacalah dan
Tuhanmulah yang maha pemurah
4. yang
mengajar manusia dengan perantara kalam
5. dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ibnu katsir
menafsirkan kelima ayat diatas dan menyoroti pentingnya ilmu bagi manusia, ibnu katsir menulis: “ dalam ayat ayat ini
terdapat peringatan bahwasanya manusia diciptakan dari segumpal darah. Dan
diantra bentuk anugerah Allah adalah mengajarkan manusia apa yang semula tidak
diketahuinya. Maka kemuliaan dan keagungan menusia terletak pada ilmu. Dan
inilah kemampuan yang membuat bapak manusia, Adam lebih istimewa daripada
malaikat.” Dalam kitab shahih muslim bahwa nabi secara khusus menjaminbahwa
orang yang berilmu dan ilmunya tersebut bermanfaat bagi orang lain, maka
pahalanya akan terus mengalir walaupun orang bersangkutan sudah meninggal
dunia.
C. Sumber ilmu pengetahuan menurut islam
Islam
mengajarkan bahwa Allah SWT merupakan sumber dan segala sesuatu. Ilmu dan
kekuasaannya meliputi bumi dan langit yang nyata maupun gaib, dan tidak ada
segala sesuatupun yang luput dari pengawasan-NYA. “ sesungguhnya Tuhanmu
hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuannya meliputi segala
sesuatu”. (QS. Thaha : 98) Sumber ilmu primer dalam adalah wahyu yang diterima
oleh nabi yang berasal dari Allah SWT, sebagai sumber dari segala sesuatu.
Penjelasan
mengenai sumber ilmu dalam epistemology islam ditekankan kepada : pertama,
kalam Allah, berupa kitab suci Al-qur’an. Kedua, nabi sebagai penerima wahyu,
dalam hal ini merujuk kepada hadis, yaitu seegala sesuatu yang bersumber dari
Rasulullah saw, baik ucapan,perbuatan, maupun ketetapan yang berhubungan dengan
hukum atau ketentuan Allah SWT. Yang disyariatkan kepada manusia.
Namun demikian epistimologi islam yang
bersumber dari Al-qur’an dan sunnah. terdapat juga sarana-sarana atau perantara
untuk memperoleh atau mengkaji ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah yaitu akal dan hati serta indra indra yang terdapat dalam diri
manusia.
1.
Al-qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar
bagi Nabi Muhammad. Al-Qur’an juga satu-satunya mukjizat yang bertahan hingga
sekarang. Selain sebagai sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat, al-Qur’an
juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak pernah mati. Jika dicermati,
kebanyakan ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang, sejatinya telah Allah
tuliskan dalam al-Qur’an. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun menunjukkan
dasar ilmu pengetahuan adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5,
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam[1]. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (Qs.
al-‘Alaq: 1-5)
Dalam ayat ini, kita dianjurkan
untuk belajar melalui baca-tulis, mengkaji ilmu yang ada dalam al-Qur’an,
meneliti lebih jauh tentang ilmu pengetahuan yang sudah Allah ajarkan dalam
al-Qur’an.
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs.
Az-Zumar: 9)
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Qs.
al-Mujadalah: 11)
Kedua ayat di atas menunjukkan
pentingnya seseorang untuk memiliki ilmu pengetahuan. Jika kita cermati, dengan
membaca al-Qur’an, maka akan kita menemukan banyak ilmu pengetahuan tentang
alam semesta yang tak terkira. Sebuah contoh, dalam surat Yunus ayat 5 yang
menjelaskan tentang ilmu falak atau perbintangan. “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan oleh-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[2]. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
(Qs.
Yunus: 5)
Lalu di dalam surat Yasin, “Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan
manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir)
kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua[3]. Tidaklah mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Qs. Yasin:
38-40). Bukti lain tentang al-Qur’an sebagai dasar ilmu
pengetahuan adalah surat an-Nahl ayat 66 tentang ilmu hewan: “Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.
Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.” (Qs. an-Nahl: 66) Atau dalam
surat ar-Ra’d ayat 4 yang menjelaskan ilmu tumbuhan: “Dan di
bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu
atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Qs.
ar-Ra’d: 4)
Lalu tentang ilmu bumi dan ilmu
alam, “Dan
Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan
Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk
menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat
Allah).” (Qs Qaf: 7-8)
Dan
surat Saba’ ayat 18, “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara
negeri-negeri yang Kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yang
berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan.
Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan
aman[4].” (Qs. Saba’: 18)
Jelas bukan, bahwa sejatinya
al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengatahuan yang pertama kali. Pada masa
berkembangnya Islam dulu, banyak para pakar muslim yang menjadi orang hebat
karena selalu berpegang teguh pada al-Qur’an. Misalnya pada masa Islam masuk di
Andaluisia (Spanyol) kita mengatahui:
1. Abbas bin Farmas sebagai ahli
ilmu kimia dan astronomi. Dia adalah penemu pertama pembuatan kaca dari batu.
2. Ibrahim bin Yahya al-Naqqas
terkenal dalam ilmu astronomi. Ilmu yang dapat mengetahui terjadinya gerhana
matahari atau bulan dan dapat pula mengetahui lama waktu terjadinya gerhana
tersebut. Ibrahim bin Yahya menemukan teropong modern yang dapat mengetahui
jarak anatara tata surya dan bintang-bintang lain.
3. Ahmad bin Ibas dari Cardova ahli
dalam bidang obat-obatan.
4. Umm al-Hasan binti Abu Ja’far dan
al-Hafidz dua orang wanita ahli kedokteran.
5. Ibun Batuthah dari Tangier,
Maroko ahli geografi
6. Dan banyak lagi para ilmuan Islam
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kita
mengatahui saat itu kaum Muslimin masih sangat memegang teguh al-Qur’an sebagai
sumber pengetahuan. Kejaayaan Islam dan para pemikir Islam ini tentu mengundang
pertanyaan dari para cendiakawan Eropa. Mereka penasaran dan mulai mempelajari
bahasa Arab agar bisa menerjemahkan buku-buku karangan umat Islam. Bahkan para
pemuda-pemuda kristen Eropa juga mulai belajar di universitas-uversitas Islam
di Spanyol, seperti universitas Cordova, Sevile, Malaga, Granada dan Salamance.
2.
Sunnah/Hadist
Hadits adalah sumber ilmu yang kedua setelah
Al-qur’an, dalam kaitannya dengan Alqur’an, hadits ada untuk menjelaskan
sesuatu dalam al-Qur’an yang tidak terperinci. yang tergambar dari perbuatan,
ucapan, dan ketatapan yang diberikan oleh nabi Muhammad SAW sebagai utusan
Allah SWT. Allah SWT menyatakan bahwa Rasulullah SAW. Merupakan sumber ilmu
yang akan mengajarkan kitab serta hikmah
Artinya:
“Sebagaiman (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah
(As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu yang belum kamu ketahui.”
(Al-Baqoroh: 151)
Al-qur’an dan Hadits adalah pedoman hidup,
sumber ilmu, dan ajaran islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Al-Qur’an merupakan sumber primer yang banyak memuat
pokok-pokok ajaran islam, sedangkan Hadits merupakan penjelas (Bayan) bagi
keumuman isi Al-qur’an.
Adapun sarana
yang digunakan untuk memperoleh dan mengkaji ilmu pengetahuan dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah ialah rasio, indera, dan hati.
·
Akal / Rasio (العقل)
Sumber ilmu selain wahyu dalam epistemology
islam adalah akal (‘Aql) dan kalbu (qalb).’Aql
sebagai mashdar tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, tetapi sebagai kata kerja ‘aqala
(عقل)
yang terdapat dalam al-Qur`an sebanyak 49 kali kosa kata dalam berbagai bentuk.
Semuanya menunjukan unsure pemikiran pada manusia. Misalnya: عقلوا – تعقلون- نعقل – يعقل – يعقلون . sebagaimana berikut: kata عقلوه (‘aqaluh)
dijumpai dalam 1 ayat, kata تعقلون (ta’qilun) 24 ayat, نعقل (na’qil) 1 ayat, يعقتها (ya’qiluha)1
ayat, dan يعقلون (ya’qilun) 22 ayat. Yang berarti paham dan mengerti. Dalam Lisan
al-‘Arab dijelaskan bahwa al-‘aql berarti al-hijr (menahan) dan al-āqil adalah
orang yang menahan diri (yahbis) dan mengekang hawa nafsu. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa al-‘aql mengandung arti kebijaksanaan (al-nuhā), lawan
dari lemah pikiran (al-humq).Al-‘aql juga mengandung arti al-qalb (kalbu).
Lebih lanjut disebutkan bahwa kata ‘aqala mengandung arti memahami. Dari
keseluruhan kosa kata yang berakar pada a-q-l dapat disimpulkan bahwa al-‘aql
adalah fitrah manusia yang berfungsi untuk mengerti atau memahami sesuatu. Jelasnya akal merupakan fitrah yang
dianugrahkan kepada manusia untuk mendapat ilmu pengetahuan.
·
Indera
Dalam Al-Qur`an alat-alat indera yang
beraktifitas dan berfungsi bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah
al-sam’ dan al-absar. Kata al-sam’ dan berbagai kata jadiannya disebut 185
kali, sedangkan kata al-sam’ sendiri dijumpai 12 kali dalam Al-Qur`an. Kata
al-absar dan berbagai kata jadiannya disebut 148 kali. Sementara kata al-absar
disebut 18 kali.
Al-Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan
indra dan akal sekaligus dalam pengalaman manusia, baik yang bersifat fisik
maupun metafisik karena indra dan akal saling menyempurnakan.Ali
Abdul Azhim berpendapat bahwa kedua sumber tersebut tidak terpisah dan tidak
berdiri sendiri sebagaimana pemahaman empirisme dan rasionalisme. Allah SWT
selalu menyeru manusia untuk mengingat dan menggunakan nikmat indra dan akal
secara simultan.orang-orang yang
mengabaikan indra dan kalbunya, maka akan tersesat dan jauh dari kebenaran.
Artinya:”Katakanlah
(Muhammad), “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan
menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”
(Yunus: 131).
Artinya:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur. (An-Nahl: 78).
Artinya:
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh (ciptaan)-Nya ke dalam
(tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu,
(tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”. (As-Sajdah: 9).
Manusia mempunyai kemampuan mendengar karena
manusia diberikan alat berupa telinga (uzun) dan kemampuan melihat karena
manusia diberikan alat berupa mata (‘ain). Mata, yang memiliki kemampuan
melihat, bisa saja tidak memberi manusia pengetahuan, oleh karena qalbu-nya
tidak paham (buta). Sesuatu yang jelas terlihat bahwa bagi Al-Qur`an, al-sam’
dan al-basr adalah aktifitas
·
Hati (Fuad)
Kata fu`ad Mahmud Yunus mengartikannya sebagai
hati atau akal. Kedua kata ini seakar dengan fā`idah (jamak: fawā`id) artinya
faedah atau guna. Makna yang dapat ditarik dari penggunaan Al-Qur’an terhadap
kata al-fu`ad dan al-af`idah adalah bahwa al-fu`ad memiliki fungsi akal
(memahami, mengerti), sama artinya dengan al-qalb. Nabi Saw mendengarkan
kisah-kisah Rasul terdahulu. Lalu dengan kisah-kisah itu menjadi kuat fu`ad
(hati) Nabi. Dengan al-fu’ad itu berarti Nabi mendapatkan makna atau hikmah sejarah.
a al-fu`ad merupakan pusat dan pengendali bagi aktifitas al-‘aql dan al-qalb
dalam menetapkan pengetahuan yang benar, baik dan berguna bagi manusia.
Secara umum, bagi Al-Qur`an indera dalam dan
luar manusia seperti al-‘aql, al-qalb, al-fu’ad, al-sam’, al-absar adalah alat
untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dan obyek pengetahuan adalah ayat-ayat Allah
baik yang qauliyah/tanziliyah maupun yang kauniyah. Berbeda sekali dengan
perspektif Barat yang memandang bahwa akal dan indera sebagai fakultas yang
memberi manusia pengetahuan. Hemat penulis, Barat berpandangan demikian karena
hirarki pengetahuan mereka hanya berhenti pada tataran empirikal. Asumsi-asumsi
teologis-metafisik telah terputus dari epistemologi keilmuan Barat, sejalan
dengan pandangan humanis mereka yang sekular-ateistik.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus
meyakini bahwa sumber ilmu yang utama itu adalah Al-Qur’an dan Al-hadist, dan
dari Al-Qur’an dan Al-hadist ilmu pengetahuan berasal. Kajian para ilmuan
tentang berbagai disiplin ilmu dan berbagai fenomena yang terjadi, sudah
dibahas dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an ilmu-ilmu itu diperjelas kembali oleh As-sunnah (hadits), sebagai turunannya. Seorang muslim menjadikan hadits sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Selanjutnya dalam qaidah pengambilan hukum dalam islam digunakan pula landasan berupa ijma’ (Qaul ulama) yang disandarkan pada Al-Qur’an dan hadist, dan yang terakhir Qiyas sebagai sarana untuk kaum muslim melakukan ijtihad dengan metode Qiyas sesuai dengan qaidah yang berlaku dikalangan ulama mujtahid.
Dalam Al-Qur’an ilmu-ilmu itu diperjelas kembali oleh As-sunnah (hadits), sebagai turunannya. Seorang muslim menjadikan hadits sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Selanjutnya dalam qaidah pengambilan hukum dalam islam digunakan pula landasan berupa ijma’ (Qaul ulama) yang disandarkan pada Al-Qur’an dan hadist, dan yang terakhir Qiyas sebagai sarana untuk kaum muslim melakukan ijtihad dengan metode Qiyas sesuai dengan qaidah yang berlaku dikalangan ulama mujtahid.
D.
Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Barat
Kajian pokok tentang sumber ilmu
dalam perspektif Barat diwakili oleh tiga madzhab utama, yaitu rasionalisme,
empirisme, dan kritisisme.
·
Rasionalisme dikaitkan filosof abad
ke-17 dan 18, seperti Rene Descartes, Baruch Spinoza, dan Gottfried Leibniz,
yang sebenarnya berasal dari pemikiran filsafat Yunani. Paham ini menyatakan
bahwa pada hakikatnya ilmu itu bersumber dari akal budi manusia. Descartes berpendapat
bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan (innate ideas) yang dinamakan
substansi yang sudah tertanam. Ide bawaan tersebut terdiri atas : pemikiran,
Tuhan, dan keluasan (ekstensi). Adapun ilmu-ilmu lain yang dicapai manusia pada
hakikatnya adalah derivasi dari ketiga prinsip dasar tersebut. Menurut aliran
ini sumber ilmu adalah akal melalui deduksi ketat seraya mengabaikan
pengalaman. Hal ini, menurut mereka, karena ilmu adalah sesuatu yang sudah
‘built in’ dalam jiwa manusia dan tugas kita adalah mencapainya melalui
deduksi. Karenanya, ilmu yang dihasilkan oleh aliran ini biasanya dianggap bersifat
universal. Menurut mazhab ini, indera adalah sumber pemahaman terhadap
konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan sederhana. Hanya saja indera bukan satu-satunya
sumber. Di samping indera, ada fitrah yang mendorong munculnya sekumpulan
konsepsi dalam akal.
·
empirisisme yang menekankan
pentingnya pengalaman sebagai sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini
dipelopori oleh Francis Bacon, sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran
yang mengutamakan pendekatan empirik. Puncak pemikiran aliran ini terdapat pada
pemikiran David Hume yang dalam karyanyaA Treatise of Human Nature. Dalam buku
tersebut David Hume mengupas persoalan-persoalan epistemologis penting. Berbanding
terbalik dengan rasionalisme, mazhab ini
berpandangan bahwa seluruh isi pemikiran manusia berasal dari
pengalaman, yang kemudian diistilahkan dengan persepsi. Persepsi, kemudian,
dibagi menjadi dua macam, yaitu kesan-kesan (impressions) dan gagasan (ideas).
Yang pertama adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung,
sifatnya kuat dan hidup. Yang kemudian adalah persepsi yang berisi gambaran
kabur tentang kesan-kesan. Derivasi ilmiah yang diakui oleh aliran ini adalah
induksi terhadap fakta-fakta empiris. Tapi hal ini tidak berarti mereka
mengklaim univesalitas induksi. Alih-alih, mereka justru menekankan
keterbatasan induksi yang hal ini berarti mereka menolak generalisasi. Menurut
Hobbes, segala yang ada bersifat bendawi. Bendawi dimaksudkan ialah segala
sesuatu yang tidak bergantung kepada gagasan kita. Ia juga mengajarkan bahwa
segala kejadian adalah gerak, yang berlangsung karena keharusan. Realitas
segala yang bersifat bendawi terliput di
dalam gerak itu. Segala obyektifitas di dalam dunia luar bersandar kepada suatu
proses tanpa pendukung yang berdiri sendiri. Ruang atau keluasan tidak memiliki
eksistensi atau keber-“ada”-an sendiri. Ruang justru gagasan tentang hal yang
ber-“ada” itu. Sedangkan waktu adalah gagasan tentang gerak.
·
kritisisme yang merupakan usaha
untuk mensintesa dua kutub ekstrim sebelumnya; rasionalisme dan empirisisme.
Tokoh utama aliran ini adalah Immanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh
Kant berusaha untuk mengakhiri perdebatan yang terjadi tentang objektivitas
pengetahuan antara rasionalisme Jerman, yang diwakili Leibniz dan Wolff, dan
Empirisisme Inggris. Dalam usahanya, Kant berusaha menunjukkan unsur mana saja
dalam pikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur mana yang berasal
dari akal. Berbeda dengan aliran filsafat sebelumnya yang memusatkan perhatian
pada objek penelitian, Kant mengawali filsafatnya dengan memikirkan manusia
sebagai subjek yang berpikir. Dengan demikian fokus perhatian Kant adalah pada
penyelidikan rasio manusia dan batas-batasnya. Dari ketiga madzhab di atas
dapat disimpulkan bahwa, sumber-sumber ilmu menurut ilmuwan-ilmuwan barat hanya
terbatas pada akal (rasio) dan panca indera. Mereka hanya menitikberatkan pada
dua komponen ini. Sehingga hasilnya, makna ilmu terbatas pada objek-objek
nyata. Sedangkan berita shahih yang datang dari wahyu mereka nafikan, dan tidak
memasukkannya ke dalam defenisi ilmu. Akibatnya, ilmu
pengetahu an dan nilainilai
etika dan moral,
yang diatur oleh
rasio manusia, terus menerus
berubah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata sumber dalam bahasa arabnya adalah (مصدر),
dengan jamaknya: (مصادر). Kata sumber atau “mashdar” dapat diartikan sebagai
suatu wadah yang dari wadah itu dapat ditemukan atau ditimba norma hukum.
Menurut Kamus Bahasa Arab, مصدر diartikan sumber, asal, referensi, atau sumber
pengambilan
Kata ilmu berasal dari
kata ‘ilm, yang berarti pengetahuan, lawan dari kata al-jahl yang
berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Kata ilmu juga disepadankan dengan
kata arab lainnya yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman),
hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan). Dari pengertian
ini dapat dipahami bahwa sumber atau mashdar adalah suatu tempat yang
dari segala sesuatu digali atau diambil. Berdasarkan hal tersebut, sumber ilmu
adalah segala sesuatu yang menjadi tempat digali dan diambilnya
Sumber-sumber ilmu pengetahuan menurut islam
ialah :
·
Al-qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad. Al-Qur’an
juga satu-satunya mukjizat yang bertahan hingga sekarang. Selain sebagai sumber
kebahagiaan di dunia dan akhirat, al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu
pengetahuan yang tidak pernah mati.
·
Sunnah/Hadist
Hadits adalah sumber ilmu yang kedua setelah Al-qur’an, dalam
kaitannya dengan Alqur’an, hadits ada untuk menjelaskan sesuatu dalam al-Qur’an
yang tidak terperinci. yang tergambar dari perbuatan, ucapan, dan ketatapan
yang diberikan oleh nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT.
Selain sumber-sumber ilmu pengetahuan, dalam islam dijelaskan pula
cara atau sarana-sarana yang digunakan untuk mengkaji ilmu pengetahuan yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunnah adalah sebagai berikut :
· Akal / Rasio (العقل) Sumber ilmu selain wahyu dalam epistemology
islam adalah akal (‘Aql) dan kalbu
(qalb).’Aql sebagai mashdar tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, tetapi
sebagai kata kerja ‘aqala (عقل) yang terdapat dalam al-Qur`an sebanyak 49 kali kosa kata dalam
berbagai bentuk. Semuanya menunjukan unsure pemikiran pada manusia.
·
Indera dalam Al-Qur`an alat-alat indera yang
beraktifitas dan berfungsi bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah
al-sam’ dan al-absar. Kata al-sam’ dan berbagai kata jadiannya disebut 185
kali, sedangkan kata al-sam’ sendiri dijumpai 12 kali dalam Al-Qur`an. Kata
al-absar dan berbagai kata jadiannya disebut 148 kali. Sementara kata al-absar
disebut 18 kali.
·
Hati (Fuad) Kata fu`ad Mahmud Yunus mengartikannya sebagai
hati atau akal. Kedua kata ini seakar dengan fā`idah (jamak: fawā`id) artinya
faedah atau guna. Makna yang dapat ditarik dari penggunaan Al-Qur’an terhadap
kata al-fu`ad dan al-af`idah adalah bahwa al-fu`ad memiliki fungsi akal
(memahami, mengerti), sama artinya dengan al-qalb. Nabi Saw mendengarkan
kisah-kisah Rasul terdahulu. Lalu dengan kisah-kisah itu menjadi kuat
fu`ad (hati) Nabi. Dengan al-fu’ad itu berarti Nabi mendapatkan makna atau
hikmah sejarah. a al-fu`ad merupakan pusat dan pengendali bagi aktifitas
al-‘aql dan al-qalb dalam menetapkan pengetahuan yang benar, baik dan berguna
bagi manusia.
Adapun
sumber-sumber ilmu pengetahuan menurut barat adalah :
·
Rasionalisme Paham ini menyatakan bahwa pada
hakikatnya ilmu itu bersumber dari akal budi manusia. Descartes berpendapat
bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan (innate ideas) yang dinamakan
substansi yang sudah tertanam.
·
empirisisme yang menekankan pentingnya
pengalaman sebagai sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini dipelopori oleh
Francis Bacon, sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran yang mengutamakan
pendekatan empirik.
·
kritisisme yang merupakan usaha untuk
mensintesa dua kutub ekstrim sebelumnya; rasionalisme dan empirisisme. Tokoh
utama aliran ini adalah Immanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh Kant
berusaha untuk mengakhiri perdebatan yang terjadi tentang objektivitas pengetahuan
antara rasionalisme Jerman, yang diwakili Leibniz dan Wolff, dan Empirisisme
Inggris. Dalam usahanya, Kant berusaha menunjukkan unsur mana saja dalam
pikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur mana yang berasal dari
akal.
0 komentar:
Posting Komentar